Senin, 25 April 2011

Cinta Menyapaku, lagi...

Untuk empat belas pagi yang tak kau temui,
Untuk dua pekan dengan sapaan yang hilang,
untukmu, untukmu, untukmu,
Untuk rindu yang ku tunggu,
Engkau!
Ya, engkau, yang bersembunyi pada setiap angin yang meniupku,
Kau menggodaku dengan rindu itu.

Apa Kau sengaja memaksaku sepi selama itu?
Ah...
Kau khamir yang berlebihan bagi wanita pemimpi seperti aku,

Kau coba rasa pada detak pemompa darah ini, dag dig dug. dag dig. dug, mereka berlarian tak tentu patokan, hanya karena Kau memandang Aku.

Kemudian, tolong Kau pahami hatiku, ia mencipta rasa yang tak terdefinisikan, ia merekam setiap simpulan senyum darimu, terus, terus, semakin tak terdefinisi,

Kau harus merasa, sapamu memabukkan aku. pertanyaan-pertanyaan bodohmu itu, sungguh melemahkan logikaku.

Coba kau rasa hati dan nadiku ini...

Aku menikmati jiwamu,
setiap permainan mata, senyum, dan asa,
kujadikan itu dosa terindah,

Aku mendefinisikan Kau,
Kau kudefinisikan,
hanya padamu jantung ini malu,

Cinta, aku pun malu.
Aku hanya cinta.
Tak peduli kau sudah berpunya.

Senin, 18 April 2011

Bocah Alam, Untuk Ikbal Saguling

Nak,
pantaskah aku memanggilmu Nak?
aku terlalu kagum padamu,
kau terlalu memaksakan bersahabat dengan mentari, kulitmu hitam dibakarnya, kau puas sekali nak. atau kau terpaksa puas?
rambutmu kasar dan keras,
aku rasa,kau bercinta dengan hujan ya?
aku melihat banyak rahasia yang ingin kau ceritakan, pada matamu yang buas luas...
aku melihat harapan yang jelas, ketika kau tertawa tak lepas, pada tawa itu, tawa yang kering terbiasa terkikir angin saguling...
kau merindu sesuatu...
teman yang berganti angin dingin,
pelukan yang berganti pohon caringin,
atau sekedar senyum...
yang selama seratus hari lebih kau limpahkan pada langit yang abstrak.
Kau hebat Nak!!!
aku tahu, kau begitu merindu...
Nak,
kadang kala, kita tak pernah mengerti, apa yang dilakukan orang dewasa itu!
Kita terlanjur menyayangi mereka, kemudian mereka pergi, dan membuat kita kecewa.
Kau pantas marah!
Teriak saja!
ANJING!SETAN!BABI!
asal kau puas dan lega!
Namun....
setelah itu, maafkanlah mereka,lupakan mereka, jadilah kau anak alam terhebat,
Nak,
ada sosok yang merindumu juga,
Kau pernah dengar surga, mungkin?
tempat yang indah seindah-indahnya,
disana, Tuhan menyimpan bidadari-bidadari baik hati,
salah satu dari bidadari itu sedang memperhatikanmu dan merindumu di surga...
kau tahu siapa bidadari itu?
dia Ibu yang mencintaimu dari jauh....
dia membisikkan cinta pada kami untuk mencintaimu,
hey anak alam saguling,
teriak, tertawa, dan bermimpilah...
Langit masih tetap abstrak...

Kamis, 14 April 2011

Surga Pinggiran

Aku, Dia, Kita bertemu di pintu kecewa,
Pada saat cinta hilang!
Saat setiap hari jadi beban,
Saat setiap detik menjadi keluhan,
Saat Ibu tak berteriak marah,
Saat Ayah menutup mata pada senyum kita,
Kita kecewa, pada cinta…

Aku lari…
Dia sengaja lari…
Mereka, ada mereka yang terpaksa lari…
Lari bertepi di perempatan yang sama!

Ah, perempatan itu!
Segudang kecewa…
Dengan mimpi, dengan imajinasi, dengan harap.
Kita memupuk cinta bersama.
Terasa, sungguh…

Marah jadi puas yang indah,
Tangis jadi nikmat yang manis,
Tawa jadi butir-butir cinta,
Kami, Kita jadi lupa kecewa.

Di sisi rel pinggir kota, bercita-cita…
Di jalan yang tak tentu arah, tak henti menentu harap…
Pada malam yang selalu asing, mimpi itu akan jadi hiburan setia…
Kami bercinta…
Tentang kecewa, dan itu lupa!!!

Sebuah perempatan surga pinggiran kota,
Cinta.cinta.cinta
Ada di rubel sahaja…
Kemarilah,
Mari berbagi kecewa, kita beri cinta…

DIA tidak memulai...

Katakan siapa yang memulai...
DIA, DIA, dan DIA!
Lalu aku tegila-gila!
Ah, DIA!
Bahkan aku tak sadar matahari berganti.
Kemudian, DIA berjanji.
Aku menunggu.
DIA tak pernah datang!
DIA hanya MITOS.
DIA ISU.
DIA ILUSI.
DIA?
Siapa?
Tak pernah ada yang memulai!
Tapi aku mengakhiri.
DIA!
Sebenarnya tak ada.
tentang cinta, mimpi, harapan, ... ah, cuma cerita !