Senin, 18 April 2011

Bocah Alam, Untuk Ikbal Saguling

Nak,
pantaskah aku memanggilmu Nak?
aku terlalu kagum padamu,
kau terlalu memaksakan bersahabat dengan mentari, kulitmu hitam dibakarnya, kau puas sekali nak. atau kau terpaksa puas?
rambutmu kasar dan keras,
aku rasa,kau bercinta dengan hujan ya?
aku melihat banyak rahasia yang ingin kau ceritakan, pada matamu yang buas luas...
aku melihat harapan yang jelas, ketika kau tertawa tak lepas, pada tawa itu, tawa yang kering terbiasa terkikir angin saguling...
kau merindu sesuatu...
teman yang berganti angin dingin,
pelukan yang berganti pohon caringin,
atau sekedar senyum...
yang selama seratus hari lebih kau limpahkan pada langit yang abstrak.
Kau hebat Nak!!!
aku tahu, kau begitu merindu...
Nak,
kadang kala, kita tak pernah mengerti, apa yang dilakukan orang dewasa itu!
Kita terlanjur menyayangi mereka, kemudian mereka pergi, dan membuat kita kecewa.
Kau pantas marah!
Teriak saja!
ANJING!SETAN!BABI!
asal kau puas dan lega!
Namun....
setelah itu, maafkanlah mereka,lupakan mereka, jadilah kau anak alam terhebat,
Nak,
ada sosok yang merindumu juga,
Kau pernah dengar surga, mungkin?
tempat yang indah seindah-indahnya,
disana, Tuhan menyimpan bidadari-bidadari baik hati,
salah satu dari bidadari itu sedang memperhatikanmu dan merindumu di surga...
kau tahu siapa bidadari itu?
dia Ibu yang mencintaimu dari jauh....
dia membisikkan cinta pada kami untuk mencintaimu,
hey anak alam saguling,
teriak, tertawa, dan bermimpilah...
Langit masih tetap abstrak...

2 komentar:

tentang cinta, mimpi, harapan, ... ah, cuma cerita !